Sabtu, 26 Februari 2011

Dapur Umum Lapangan



Pengertian Dapur Umum
Dapur Umum adalah Dapur Umum Lapangan yang diselenggarakan oleh Palang Merah Indonesia untuk menyediakan atau menyiapkan makanan dan dapat didistribusikan kepada korban bencana dalam waktu cepat dan tepat

Penyelenggaraan Dapur Umum dilakukan apabila tidak memungkinkan bantuan mentah untuk korban bencana. Penyelenggaraan Dapur Umum untuk melayani kebutuhan makan para penderita / korban bencana bukan monopoli organisasi PMI, namun dapat diselenggarakan oleh siapa saja dan dapat menyelenggarakannya

Penyelenggaraan Dapur Umum yang diselenggarakan oleh PMI Cabang menjadi tanggungjawab Pengurus PMI Cabang, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh regu yang ditugaskan oleh Pengurus Cabang. Regu disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah korban yang harus dilayani.

Pembagian Tim Pengelola ( Regu – Kelompok – Sektor ) dalam pelaksanaan Dapur Umum yang disesuaikan dengan kebutuhaan dan jumlah sasaran penerima bantuan yang harus dilayani :

Regu :
Satu regu yang menangani 1 unit dapur umum dengan kapasitas maksimal melayani 500 orang sekurang-kurangnya terdiri dari :
1.1 orang Ketua Regu
2.1 orang Wakil Ketua Regu
3.1 orang Penanggungjawab Tata Usaha
4.1 orang Penanggungjawab Peralatan dan Perlengkapan
5.1 orang Penanggungjawab Memasak
6.1 orang Penanggungjawab Distribusi
7.Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat di daerah bencana dan sekitarnya

Kelompok :
Bila diperlukan lebih dari satu regu Dapur Umum sekaligus, maka regu – regu tersebut diberi nomor urut dan dihimpun dalam kelompok. Kelompok dipimpin oleh Ketua Kelompok dan jika perlu dibantu oleh seorang pembantu umum

Sektor :
Apabila masyarakat yang dilayani cukup besar jumlahnya dan terpencar di daerah yang cukup luas, maka kelompok-kelompok Dapur Umum tersebut dapat dihimpun dalam satu wilayah kerja yang disebut sektor. Sektor tersebut dipimpin oleh Ketua dan seorang pembantu umum

Pelaksanaan 
Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban
2.Kebersihan lingkungan cukup memadai
3.Aman dari bencana
4.Dekat dengan transportasi umum
5.Dekat dengan sumber air

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian :
1.Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi
2.Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban
3.Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu
4.Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau perwakilan yang sah
5.Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas, atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis, dan sehat

Lama penyelenggaraan :
1.Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan bahan mentah tidak mungkin
2.Lamanya 1 – 3 hari untuk seluruh korban bencana
3.Hari ke 4 – 7 pemberian dilakukan secara selektif
4.Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan berupa bahan mentah

Kaitan Dapur Umum Dengan Standar Minimum

Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam kemanusiaan.Setiap orang berhak atas pangan yang cukup, hak ini diakui dalam Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan.

Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup :
◙Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat diterima dalam suatu budaya tertentu.
◙Pengan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya

Pentingnya ketahanan pangan dalam masa bencana :
Ketahanan Pangan :
Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai akses fisik dan ekonomis terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk dapat hidup sehat

Penghidupan :
Terdiri dari kemampuan, harta benda, dan aktivitas yang diperlukan untuk sarana kehidupan yang terkait dengan pertahanan hidup dan kesejahteraan di masa mendatang

Kekurangan Gizi :
Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan gizi akut, kekurangan gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan mineral.

Minggu, 20 Februari 2011

PMR SMP NEGERI 7 Juga PMR Masa Depan PMI


PMR SMP N 7 BOGOR

pmrpmrpmrpmr
PMR ; Relawan Masa Depan

Pembinaan PMR Pembinaan Palang Merah remaja Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut anggota PMR. Terdapat di PMI Cabang seluruhIndonesia dengan anggota lebih dari 1 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI.
PMI mengeluarkan kebijakan pembinaan PMR: (1) Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan. (2) Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan. (3) Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI. (4). Remaja adalah kader relawan. (5). Remaja calon pemimpin PMI masa depan.
Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan: (1)Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter. (2) Anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya. (3). Anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat. (4) Anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya. (5) Anggota PMR adalah calon relawan masa depan.
Perekrutan anggota PMR berdasarkan target usia: (1) 10 - 12 tahun (PMR Mula), (2) 12 - 15 tahun (PMR Madya), (3) 15 - 17 tahun (PMR Wira)
Pelatihan PMI diarahkan pada peran PMR sebagai peer educator, peer leadership, peer support dan peer educator, dengan menekankan pada perilaku hidup sehat dan pengurangan risiko sesuai prinsip-prinsip dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Agar proses belajar dan kegiatan menjadi aktivitas kehidupan nyata yang dihayati dengan penuh kegembiraan membantu anggota PMR menikmati kegiatan dan membangun imajinasi tentang apa dan bagaimana seharusnya menjadi anggota PMR.
18739_103292503032208_100000543750808_93919_32020_spembukaan Penerimaan Anggota Baru PMR SMP N 7
18739_103292499698875_100000543750808_93918_6245093_sMakan Bersama
149160_156922051016144_100000950498943_285296_7236455_spenutupan pelantikan
148572_156921331016216_100000950498943_285280_1169831_skegiatan latihan mingguan
179841_189205384440919_100000543750808_653100_7793266_sDIKLAT Calon Pengurus
167811_189207034440754_100000543750808_653107_2078765_sMusyawarah Besar ( MUBES )
180027_189202597774531_100000543750808_653083_7016077_s4 Calon KETUM PMR
27957_110413285667021_100000950498943_64300_5683919_sKegiatan CROSSCOUNTRY
27957_110430452331971_100000950498943_64390_6687713_sPengambilan Lencana
30106_110433755664974_100000950498943_64398_8119930_sBukan Pelatihan Terroris
36198_132244213470370_100000543750808_279910_4407994_sCAMPgab
36198_132247393470052_100000543750808_279924_7503215_sCAMPgab
29399_112343442140672_100000950498943_72462_860833_s
Dan masih banyak lagi kegiatan - kegiatan PMR Unit SMP Negeri 7 Bogor

Sabtu, 19 Februari 2011

tata cara apel PMR


  1. Pemimpin apél memasuki lapangan apél.
  2. Pemimpin apél menyiapkan barisan.
  3. Pembina apél memasuki lapangan apél.
  4. Penghormatan kepada Pembina apél dipimpin oleh pemimpin apél.
  5. Laporan pemimpin apél kepada pembina apél bahwa apél akan segera dimulai.
  6. Pembacaan janji dan prinsip palang merah
  7. Pembacaan Tribakti Palang Merah Remaja.
  8. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan Mars Palang Merah Indonesia.
  9. Amanat Pembina, peserta diistirahatkan.
  10. Peserta disiapkan.
  11. Pembacaan doa.
  12. Laporan pemimpin apél kepada Pembina apél bahwa apél telah selesai.
  13. Penghormatan umum kepada Pembina apél.
  14. Pembina apél diperkenankan meninggalkan lapangan apél.
  15. Peserta dibubarkan.

Petugas apél

  1. Protokol
  2. Pemimpin upacara
  3. Pembaca Janji PM
  4. Petugas pembaca Tribakti Palang Merah Remaja
  5. Petugas dirijen dalam menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ dan ‘Mars Palang Merah Indonesia’.
Selain itu, juga dibutuhkan pembina dan peserta apél.


Kamis, 17 Februari 2011

Syok


Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung dan paru-paru).

PENYEBAB
  • Kegagalan Jantung Memompa Darah
  • Kehilangan darah dalam jumlah besar
  • Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
  • Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare
GEJALA DAN TANDA 
  • Nadi cepat dan lemah
  • Nadi cepat dan dangkal
  • Kulit cepat, dingin dan lembab
  • Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
  • Haus
  • Mual dan muntah
  • Lemah dan pusing
  • Merasa seperti mau kiamat gelisah
PENANGANAN
  • Bawa penderita ketempat teduh dan aman
  • Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai, Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka angkat bagian kaki
  • Pakaian penderita dilonggarkan
  • Cegah kehilangan panas tubuh dengan memberi selimut penutup
  • Tenangkan penderita
  • pastikan jalan napas dan pernapasan baik
  • Kontrol perdarahan dan rawat cidera lainnya bila ada
  • jangan beri makan dan minum
  • periksa berkala tanda vital secara berkala
  • Rujuk kefasilitas kesehatan

Penilaian

Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan

Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.

Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini berjalan bersamaan.

Tindakan saat tiba di lokasi
Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian. 
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
•Nama Penolong
•Nama Organisasi
•Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.

Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari : 
•Kejadian itu sendiri.
•Penderita (bila sadar).
•Keluarga atau saksi.
•Mekanisme kejadian.
•Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
•Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada. 
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal. 
a. Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
b. Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
d. Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup baik
i. Dada naik dan turun secara penuh
ii. Bernapas mudah dan lancar
iii. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii. Terdapat kesulitan bernapas
iii. Cyanosis (warna biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.
Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci. Lakukan secara cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :
P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan
Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang tidak terlihat dan menyimpan serius cedera potensial.

Cedera Alat Gerak


CEDERA ALAT GERAK. 
Alat gerak terdiri dari dari tulang, Sendi, Jaringan ikat dan otot pada manusia.
Secara Umum cedera pada alat gerak dapat berupa :
  1. Patah tulang.
  2. Kepala sendi atau ujung tulang keluar dari sendi ( cerai sendi, Dislokasi ).
  3. Otot atau sambungan ototnya teregang melebihi batas normal ( terkilir otot, strain ).
  4. Robek atau putusnya jaringan ikat di sekitar sendi/terkilir sendi, Sprain
Patah Tulang.
Pengertian : Terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.
Penyebab : Terjadinya Gaya yang melebihi kapasitas gaya elastisitas tulang sehingga jaringan tulang rusak. Gaya tersebut akibat kekerasan dari luar.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
Gaya Langsung, Gaya tidak langsung, Gaya Puntir.

Gejala dan Tanda :
1. Terjadinya Perubahan Bentuk pada bagian tubuh yang patah. ( Bandingkan dengan sisi yang lain ).
2. Daerah yang patah nyeri dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bagian yang patah membengkak, Memar / Perubahan Warna.
4. Mengalami Fungsi Gerak.
5. Terdengan suara berderik.
6. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

Jenis Patah Tulang :
1. Patah Tulang Tertutup : tidak ada luka.
2. Patah Tulang Terbuka. : Ada Luka, Tulang yang patah berhubungan dengan udara, akan tetapi tulang yang patah tidak selalu terlihat atau menonjol keluar. ( Hati – hati Infeksi ).

Urai / Cerai Sendi ( Dislokasi ).
Pengertian : Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang ari sendinya.
Penyebab : Karena sendi teregang melebihi batas normal.
Gejala dan Tanda : Secara UMUM berupa gejala tanda patah tulang yang terbatas pada daerah sendi.

Terkilir / Keseleo.
Ada 2 macam :
1. Terkilir Sendi ( Sprain ).
Pengertian : Robeknya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal.
Penyebab : Terpeleset, gerakan yang salah, sehingga menyebabakan sendi teregang melampaui gerakan normal.
Gejala dan tanda :
Nyeri bengkak., bengkak, Nyeri tekan, Memar.

2, Terkilir Otot ( Strain ).
Pengertian : Robeknya jaringan oto bagian tendon ( Ekor Otot ), karena teregang melebihi batas normal.
Penyebab : Umumnyaterjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu.
Gejala dan Tanda :
1, Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu.
2, Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
3, Bengkak pada daerah cedera.

 

PEMBIDAIAN

Pengertian : Upaya untuk menstabilkan dan mengistirahatkan ( Immobilisasi ) bagian yang cedera.
Tujuan :
1. Mencegah pergerakan / Pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahatkan pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan.

Macam – Macam Bidai :
1. Bidai Keras. ( terbuat dari kayu, alumunium, dan bahan lainnya ).
2. Bidai Traksi.
3. Bidai Improvisasi.( Koran, Majalah dan Lainnya ).
4. Gendongan / Belat dan Beban. ( Mitella dibuat Gendongan ).

Pedoman Umum Pembidaian.
1. Sedapat mungkin informasikan tindakan yang akan dilakukan.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera yang cedera dan rawat pendarahan bila ada.
3. Selalu buka / bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di daerah Distal.
4. Nilai GSS ( Gerakan Sensasi Sirkulasi ) pad bagian Distal cedera sebelum melakukan Pembidaian.
5. Siapkan Alat – alatnya selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian ynag cedera, upayakan membidai dalam posisi di temukan.
7. Jangan berupaya memasukan tulang yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah, Sebelum dipasang diukur dulu pada anggota badan yang sehat.
9. Bila pada sendi bidai tulang yang mengapit sendi upayakan jangan membidai sendi distalnya.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.
11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
12. Ikatan jangan terlalu longgar dan jangan terlalu keras.
13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
14. Selesai Pembidaian lakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan yang pertama.
15. Jangan membidai berlebihan.

Petolongan Cedera Alat Gerak.
1. Lakukan Penilaian Dini.
- Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
- Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
- Pasang bidai leher ( Neck Collar ) dan beri O2 bila ada.
2. Lakukan pemeriksaan Fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan menambah sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang di duga cedera.
5. Atasi pendarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan alat dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
- Istirahatkan bagian yang cedera.
- Kompres es yang cedera ( Khususnya pada patah tulang tertutup ).
- Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Patah tulang, cerai sendi, dan terkilir / keseleo mungkin ditemukan bersamaan pada satu cedera.

Penanganan terkilir .
1. Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan bagian yang cedera.
2. Tinggikan daerah yang cedera.
3. Beri kompres dingi, selama 30 meni, ulangi setiap jam bila perlu.
4. Balut tekan dan tetap tinggikan.
5. Bila ragu rawat sebagai patah tulang.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Menolong beberapa macam cedera alat gerak.
Patah Tulang Lengan Atas.
Pertolongan :
1. Letakkan lengan bawah di dada dengan terlapak tangan menghadap kedalam.
2. Pasang Bidai L atau bidai sampai siku.
3. Ikat pada daerah diatas dan di bawah tulang yang patah.
4. Lengan bawah di gendong.
5. Jika siku juga patah dan tangan dan tangan tak dapat dilipat, pasang bidai sampai kelengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah di gendong.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah Tulang Lengan Bawah.
Pertolongan :
1. Letakan tangan pada dada.
2. Pasang bidai dari siku sampai tangan.
3. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
4. lengan yang digendong.
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah Tulang Panggul.
Tanda – tanda patah tulang panggul.
1. Nyeri di daerah atas kemaluan bila penderita mencoba duduk atau berdiri.
2. Kadang tidak mampu menggerakan kaki dan terasa kesemutan.

Pertolongan :
1. Harus hati hati dalam memindahkan penderita.
2. Penderita harus diangkat dengan usungan papan dengan ke dua kaki diikat menjadi satu.
3. Di bawah lutut di beri bantal, letakkan bantalan lunak di samping kiri dan kanan tulang pinggul.
4. Pembalut diikatkan pada tulang pinggul dan pergelangan kaki.
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah Tulang Paha ( Tungkai Atas ).
Pertolongan :
1. Siapkan pembalutan secukupnya untuk mengikat bidai, sebaiknya pasang 2 bidai dari :
a. Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki.
b. Lipat paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
2. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
3. Bila perlu ikat kedua tungkai di atas lutut dan pergelangan kaki / telapak kaki dengan pembalut untuk mengurangi pergerakan.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam sehingga penderita dapat mengalami syok.
Patah Tulang Tungkai Bawah.
Pertolongan :
1. Siapkan Pembalut secukupnya untuk mengikat bidai.
2. Sebaiknya pasang dua bidai sebelah dalam dan luar tungkai yang patah.
3. Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
4. Bidai mulai dari lipat paha sampai sedikit melebihi telapak kaki.
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Patah Tulang Kaki.
Pertolongan :
1. Apabila tidak ada perdarahan, sepatu tidak di buka sebab sudah merupakan bidai.
2. Bila ada perdarahan banyak dan terjadi pembengkakan, maka sepatu dibuka, bila sukar di gunting.
3. Hentikan pendarahan yang terjadi.
4. Beri kapas atau kain pada telapak kaki, kemudian pasang bidai yang sesuai dengan panjang telapak kaki.
5. Beri ikatan pada kaki dan jangan terlalu kencang.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Urai Sendi Rahang Bawah.
Gejala dan Tanda.:
a. Mulut terbuka.
b. Rahang bawah kaku sukar digerakan.
c. Rasa nyeri.
d. Sukar berbicara.

Pertolongan :
1. Bungkus kedua ibu jari penolong, maksud agar tidak licin dan mencegah jari cedera bila terkatup mulut si penderita.
2. Berdiri di depan penderita.
3. Letakan ibu jari di geraham penderita.
4. Tekan kearah bawah dan dorong ke arah belakang kemudian ke atas, cepat cepat lepaskan ibu jari dari mulut penderita.
5. Setelah kembali Normal Imobilisasi daerah tersebut.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.